Zikir Petang
Apa saja yang harus dibaca saat dzikir petang? Berikut bacaan-bacaan yang dianjurkan untuk dibaca saat dzikir petang.
Ibnul Qayyim rahimahullahu menyebutkan lebih dari 100 faedah berzikir atau mengingat Allah ‘Azza Wajalla dalam kitab beliau Al-Waabil Al-Shayyib (hlm. 41). Di antara faedah-faedah tersebut adalah:
Pertama: Menghalau gangguan setan.
Kedua: Allah azza wajalla akan mencintai orang-orang yang gemar berzikir.
Ketiga: Menghilangkan kegalauan di dalam hati.
Keempat: Menumbuhkan kebahagiaan dan kelapangan.
Kelima: Menguatkan raga dan jiwa seorang mukmin.
Keenam: Mencerahkan wajah dan hati.
Ketujuh: Seorang yang gemar berzikir akan nampak berwibawa, nyaman, dan tentram. Dll.
Allah ‘Azza Wajalla juga menyebutkan kriteria hamba yang berakal adalah mereka yang senantiasa memanfaatkan waktu untuk berzikir atau mengingat Allah. Dalam keadaan duduk maupun berdiri. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS. Ali Imran: 191)
Hal ini juga mencakup zikir yang diperintahkan untuk dikerjakan di waktu-waktu tertentu, seperti saat pagi dan petang hari. Sebagaimana dalam firman-Nya,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS. Ali Imran: 41)
Kapan zikir petang dikerjakan?
Di luar anjuran bahwa hendaknya seorang hamba sesegera mungkin mengerjakan kebaikan, maka dzikir pagi dan dzikir petang memiliki batasan waktu tertentu yang hendaknya dipatuhi.
Para ulama berbeda pendapat tentang batasan waktu dzikir pagi dan dzikir petang. Ibnul Qayyim rahimahullahu memiliki pandangan (lihat Al-Waabil Al-Shayyib, hlm. 200) bahwa waktu pagi dan petang yang dimaksud dalam ayat,
فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” (QS. Qaaf: 39)
adalah setelah subuh hingga terbit matahari dan setelah asar hingga terbenam matahari.
Sementara Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu memiliki pandangan berbeda dengan mengatakan,
وأذكار المساء من حين أن تصفر الشمس (منتصف العصر) إلى منتصف الليل أو قريباً منه
“Dan dzikir petang dikerjakan sejak semburat sinar matahari mulai menguning (pertengahan asar) hingga pertengahan malam atau sebelumnya.” (Fataawa Nuur ‘Alad Darb no. 350)
Perbedaan ini teramat luas, akan tetapi semua ulama berpendapat sama akan dianjurkannya menyegerakan dzikir pagi dan dzikir petang.
Bacaan-bacaan dzikir petang
Bacaan-bacaan yang dianjurkan dibaca ketika dzikir petang adalah sebagai berikut:
Pertama: Taawuz
Kedua: Ayat Kursi (satu kali)
اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardhi man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardho walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapa yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Ketiga: Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas (3 kali)
Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ * اللهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ * وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah, ‘Dialah Allah, Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.’” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Al-Falaq
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai (waktu) subuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Serta dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.’” (QS. Al-Falaq: 1-5)
An-Nas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan (Ilah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.’” (QS. An-Nas: 1-6)
Keempat: Membaca (1 kali)
أمسينا وأمسى الملك لله. وَالْحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلَاّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذَا الْيَومِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ (3). وَأعوذ بِكَ من شَرِّ مَا فِي هَذَا الْيَومِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ، وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مَنْ عَذَابٍ فِي النَّار وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsaina wa amsal mulku lillahi wal hamdu lillah laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’inq qadir, Rabbi as’aluka khaira maa fi hazihil lailah wakhaira maa ba’daha wa a’udzubika min syarri maa fii hazihil lailah wa syarri ba’daha. Rabbi a’udzubika minal kasali wasuu’ ul kibari, Rabbi a’dzubika min ‘azabi fin naari wa ‘azabi fil qabri.
“Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar, kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang ada di malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan keburukan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.” (HR. Muslim 4/2088)
Kelima: Membaca (1 kali)
اللهم بك أمسينا، وبك أصبحنا وبك نحيا، وبك نموت وإليك المصير
Allahumma bika amsainana wabika ashbahna wabika nahyaa, wabika namuutu wa ilaikal mashiir
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (HR. At Tirmidzi 3/142)
Keenam: Membaca (1 kali)
اللَّهُمَ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَاّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَاّ أَنْتَ
Allahumma anta Rabbi laa ilaaha illa anta, khalaqtani wa ana ‘abduka,wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas tatha’tu, a’udzubika min syarri maa shana’tu, abuu’u laka bini’matika ‘alayya wa abuu’u bizanbi faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar), kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Engkau.” (HR. Bukhari 7/150, An-Nasai 9752, dan At-Tirmidzi 3391)
Ketujuh: Membaca (4 kali)
اللهم إني أمسيت أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَة عَرْشِكَ، وَمَلَائِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَاّ أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُولُك
Allahumma inni amsaitu usyhiduka wa usyhidu hamalata ‘arsyika, wamalaa’ikataka, wajami’i khalqika, annaka antallahu laa ilaaha illa anta wahdaka laa syariikalaka, wa anna muhammadan ‘abduka warusuuluka
“Ya Allah, sesungguhnya di waktu sore ini aku mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul Arsy-Mu, malaikat lain dan seluruh makhluk-Mu. Bahwa Engkau adalah Allah yang tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Engkau. Engkau Mahaesa dan tiada sekutu bagi-Mu. Dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (HR. Abu Dawud 4/317)
Kedelapan: Membaca (1 kali)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسألُكَ الْعَفْوَ والْعَافِيةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسألُكَ الْعَفْوَ وَالَعَافِيَةَ: فِي دِيْنِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ، وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بِينَ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَن أُغْتَالَ مِن تَحْتِي
Allahumma inni as’alukal ‘afwa wal-‘aafiyata fid dun yaw al-aakhirah, allahumma as’alukal ‘afwa wa ‘aafiyata fii diini wa dunyaaya wa ahlii wa maali, allahummastur ‘auraati wa aamin rau’aati, allahummahfadzniy min baini yadayya, wamin khalfii, wa ‘an yamiini, wa ‘an syimaali, wamin fauqi, wa a’udzu bi ’adzamatika an ughtaala min tahti.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri, dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi).” (HR. Abu Dawud secara Mauquf 4/321)
Kesembilan: Membaca (1 kali)
اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالْشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّموَاتِ والأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَاّ إِلَهَ إِلَاّ أَنْتَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءاً، أَوْ أَجُرَّهُ إِلى مُسْلِم
Allahumma ‘aalimal ghaibi wasy syahadah faatiras samaawaati wal ardh, Rabba kulli syai’in wamaliikahu, asyhadu an laa ilaaha illa anta, a’udzubika min syarri nafsii, wamin syarrisy syaithani wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘ala nafsii suu’an aw ajurruhu ila muslim
“Ya Allah Yang Mahamengetahui yang gaib dan yang nyata, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb atas segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar, kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan, dan ajakannya menyekutukan Allah (aku berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi 3/142)
Kesepuluh: Membaca (3 kali)
بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيءٌ فِي الأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّميْعُ الْعَلِيمُ
Bismillahillazi laa yadhurru ma’as mihi syai’un fil ardhi wala fis samaa’ wahuwas sami’ul ‘aliim
“Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada satu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di langit. Dialah Yang Mahamendengar dan Maha mengetahui.” (HR. Abu Dawud 4/323 dan At-Tirmidzi 5/425)
Kesebelas: Membaca (3 kali)
رَضَيتُ بِاللهِ رَبّاً، وَبِالإِسْلَامِ دِيْناً، وَبِمُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – نَبِياً
Radhitu billahi rabban, wabil islami diinan, wabi muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam nabiyyan
“Aku rida Allah sebagai Rabbku (untukku dan orang lain), Islam sebagai agamaku, dan Muhammad ﷺ sebagai Nabiku (yang diutus oleh Allah).” (HR Ahmad 4/337).
Kedua belas: Membaca (1 kali)
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَين
Yaa hayyu ya qayyum, birahmatika astaghits, wa ashlih lii sya’nii kullahu, wala takilni ilaa nafsi tharfata ‘ainin
“Wahai Rabb Yang Mahahidup, Wahai Rabb Yang Mahaberdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku, dan jangan diserahkan (urusanku) kepada diriku sendiri, meskipun hanya sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. Hakim 1/545 dan dinilai Mauquf oleh Adz-Dzahabi)
Ketiga belas: Membaca (100 kali)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaanallahu wabihamdihi
“Mahasuci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya.” (HR. Muslim 4/2071)
Keempat belas: Membaca (10 atau 1 kali)
لَا إِلَهَ إِلَاّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai inq qadiir
“Tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/319 dan Ahmad 4/60)
Kelima belas: Membaca (3 kali)
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ الله التَّامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
A’udzu bikalimaatillahi taammaatim min syarri maa khalaqa
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala macam keburukan yang diciptakan-Nya.” (HR. Ahmad 2/290)
Keenam belas: Membaca (10 kali)
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma shalli wa sallim ala nabiyyina muhammadin
“Semoga keselamatan dan rahmat Allah senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad.” (HR. Thabrani dan dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib 1/273)
Semoga Allah Ta’ala mudahkan kita untuk merutinkan zikir-zikir di atas. Barakallahu fiikum.
Baca juga: Doa Setelah Adzan
—
Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.
Artikel: Muslim.or.id
Artikel asli: https://muslim.or.id/79891-dzikir-petang.html